CHAPTER 1
Dosa Yang Kau
Perbuat
“Brrrr.”
Cucuran air yang dingin memang cocok sekali untuk membangunkanku.
Rasanya mata ini tak akan kembali menutup.
Kugosokkan kakiku yang basah ke keset di depan kamar mandi. Pukul 05.30,
begitulah yang kulihat di jam dinding yang menggantung di atas jendela kamar.
Suasana masih agak gelap, matahari baru terbit setengahnya. Kuarahkan kakiku ke
lemari, mencari seragam putih abu-abu. Segera setelah berbenah diri, aku
menengok ke arah cermin. Dengan cekatan aku menyisir rambut yang masih agak
basah itu.
Oke, semua sudah beres. Kutoleh kembali bayangan wajahku di cermin,
mencari sesuatu yang mungkin bisa membuat aku ditertawakan di sekolah.
Kulirik kembali jam dinding, pukul 05.45.
Saatnya berangkat. Tapi ada sesuatu yang mengganjalku.
Krrruyyyyykk
Ah, ternyata perutku menyanyikan senandung lapar.
Kuperhatikan lagi kamarku. Yah, kamar anak lelaki biasanya tidak rapi,
dan begitu juga denganku. Meja bundar di tengah-tengah kamarku penuh dengan
sampah-sampah plastik makanan. Aku serakkan sampah itu ke lantai (membuat
keadaan kamarku menjadi makin parah), dan ada sesuatu yang jatuh. Kuambil benda
itu, roti yang terbungkus plastik. Hanya tersisa setengah, namun kurasa cukup
untuk memuaskan lambungku.
Baru saja aku akan memasukkan roti itu ke mulut, aku teringat sesuatu.
Kulihat lagi bungkusan rotiku itu. Tanggal kecil yang tertera di
pembungkus itulah yang aku cari.
Masih aman rupanya. Langsung saja kulahap roti itu.
Aku keluar dari kamar. Dengan berlari kecil, aku menuruni tangga dan
segera berjalan menuju ke sekolah.
Ah ya, aku masih belum mengenalkan diriku kan?
Namaku Harika Irawan. Panggilanku? Ira, biasanya aku dipanggil. Sangat
tidak maskulin, ya? Yah, mau bagaimana lagi. Orang tuaku memanggilku seperti
itu semenjak aku kecil. Kadang-kadang aku berpikir kenapa mereka memberiku nama
seperti itu.
Biarlah. Kata pepatah, apalah arti sebuah nama.
Kenapa aku berjalan kaki ke sekolah? Padahal zaman sekarang anak-anak
remaja sudah memakai kendaraan ke sekolahnya, minimal memakai sepeda lah. Ini
soal selera menurutku. Aku lebih senang menghirup udara segar pagi. Dan kurasa
berjalan kaki tidaklah buruk. Aku bisa menikmati keadaan sekelilingku dengan
seksama. Memakan waktu sekitar 30 menit berjalan ke sekolahku ini.
“Hei, Ira!”